I Love You, I Love You in Every Universe
Well, sepertinya judul di entri ini akan jadi sangat familiar bagi yang udah nonton Doctor Strange in The Multiverse of Madness.
Bahkan, potongan dialog tersebut kayaknya berpotensi bakalan bisa seterkenal potongan dialog “I Love You 3000” Ironman di Endgame.Sumber: IMDb |
Film
Doctor Strange in The Multiverse of Madness ini merupakan sekuel dari
film Doctor Strange di tahun 2016 lalu. Film pahlawan super yang disutradarai
oleh Sam Raimi ini mengusung genre horor. Well, kalau kalian udah nonton
filmnya, bakalan kerasa banget dan akan mengamini nuansa horor di film ini. Sisi
horor film ini bukan hanya karena setting tempat dengan nuansa gelap
saja melainkan juga karena beberapa adegan yang menunjukkan scene khas yang
sering kita temui di film horror seperti adanya jumpscare,
properti-properti mistis atau yang berhubungan dengan perdukunan, dan unsur gore.
Beberapa adegan yang menampilkan kehororan di film ini antara lain adalah saat
Wanda Maximoff (Elizabeth Olsen) yang terlihat seperti Sadako saat mengincar
America Chavez (Xochitl Gomez) di Kamar-Taj, serta adegan terbunuhnya para
anggota Illuminati di tangan Wanda/Scarlet Witch. Kalau dipikir-pikir, cukup
sadis juga sih cara mereka mati.
Momen sebelum pembantaian anggota Illuminati (Sumber: insidethemagic.net) |
Kalau
ngomongin America Chavez, dia itu salah satu karakter penting dalam
perkembangan plot di film ini. Ya, tentu saja karena film ini bercerita
mengenai penyelamatan America Chavez yang sedang diburu sesuatu karena kekuatan
yang dimilikinya. Awalnya, aku mikirnya yang ngeburu America ini ya semacam
monster, iblis, atau other villains lainnya yang belum pernah kuketahui.
Eh setelah nonton, ternyata pemburu utama America adalah si Wanda. Asli kaget
benget dan gak nyangka sih soalnya di pemikiranku, Wanda yang jadi salah satu
karakter terfavoritku ini, gak bakal lah jadi jahat. Tapi, mengetahui
cerita-cerita kehilangan yang dia alami dan Kitab Darkhold yang dipelajarinya,
semua jadi masuk akal sih.
Alasan
awalku pengen nonton ini sebenarnya memang karena Wanda. And… aku tidak
menyesali keputusan itu karena film ini menurutku memang lebih ke film tentang
Wanda daripada Doctor Strange (Benedict Cumberbatch). Hahahaha. Jujur, aku
seneeeeeng banget karena berasa ngelihat film solo Wanda. Tapi, juga nyesek sih
karena di akhir film, Wanda was supposed to die (?). Entahlah. Tapi,
mengingat berita bahwa Elizabeth Olsen udah memperbarui kontrak kira-kira
selama 7 tahun ke depan dengan Marvel, kayaknya beberapa waktu ke depan masih
bakal ngelihat karakter Wanda sih. Hopefully, the real solo film of
her, pleaseeeee 😳😳😳
Well,
menurutku secara keseluruhan, film ini merupakan film yang bagus tapi tidak
se-wow itu. Entah karena memang ekspektasiku yang ketinggian atau karena efek
dari banyaknya scene yang katanya di-cut dan adanya reshoot
(padahal pengen banget ngelihat Tom Cruise yang katanya bakal memerankan
Superior Ironman). Akting para aktor dan aktris di film ini udah oke banget sih
dengan plotnya yang sukses bikin perasaan naik turun. Aku benar-benar terkagum-kagum
dengan akting dan jalan cerita dari Wanda. Dia sukses menyampaikan berbagai
macam emosi ke penonton. Jadi berasa naik roller-coaster. Dari Wanda,
aku bisa ngerasain perasaan sedih yang mendalam, keputus asaan, kemarahan, dan
juga kasih sayang yang begitu besar terutama pada anak-anaknya. Oleh karena
itu, di beberapa scene, aku jadi ikutan nangis. Efek visual dalam film
ini juga udah cukup bagus menurutku. Salah satu adegan favoritku adalah saat
dua Doctor Strange perang pakai sihir not balok. Keren aja sih menurutku. Unik
banget.
Kalau
untuk hal yang kurang kusukai dari film ini adalah aku agak kesal sama America
Chavez yang terlalu berisik yaaa. Too much screaming tho 👿. Selain itu, plot film
ini juga terkesan hambar sih meskipun ada progress yang pasti di jalan
ceritanya. Selain itu, yang sangat membuatku terganggu adalah kondisi bioskop
dan penontonnya. Ya, aku kan lagi mudik nih dan di tempatku itu susah banget
nyari mall apalagi bioskop. Nah, di bioskop terdekat dari rumahku ini, dari
segi pelayanannya terbilang tidak responsif. Padahal udah banyak yang tanya di
sosmednya tapi gak pernah ada yang direspon sama sekali. Selain itu, pelayanan
di tempat juga gak bagus, gak ada pemesanan tiket secara daring, dan cenderung
mengistimewakan penonton perempuan. Studio bioskop yang terbatas karena hanya
ada 2 ruangan dan kurang bersih juga membuat kurang nyaman. Apalagi tumpukan
antrean penonton yang membludak dan jadwal penayangan yang molor gak jelas
benar-benar bikin bad mood. Apalagi, kebanyakan penontonnya juga pada
heboh sendiri cuy. Banyak yang kayak emak-emak nonton sinetron alias
ngomel-ngomel sendiri sepanjang film. Selain itu, banyak yang masih aja mainan
hape plus ada yang bawa bayi. Kebayang kan betapa tidak kondusifnya dan betapa
berisiknya kondisi waktu itu. Apalagi, masa waktu Illuminati diperkenalkan kok
kayak pada gak antusias yaaa. Padahal menurutku luar biasa lho akhirnya bisa
ngelihat para member Illuminati tersebut apalagi ada Prof Charles Xavier yang
udah familiar banget sejak kemunculan film-film X-Men. Aku berasa tepuk tangan
sendiri. Wkwkwkwk. Asli kapoook tapi gak ada opsi lain. HUFTTTTT.
Secara keseluruhan, menurutku rating film ini adalah 7.5/10 yaaa. Like I said, film ini cukup bagus. Tapi, tidak se-stand out itu. It’s good but it is bland. Kalau kalian penggemar Marvel apalagi fans dari Doctor Strange dan Scarlet Witch ya harus banget dong nonton ini.
Comments
Post a Comment