The Possession of Hannah Grace



Selamat Bulan Desember ๐Ÿ‘‹๐Ÿ‘‹๐Ÿ‘‹

Now, it’s the time for.... –umm, some horror movie review, I guess-

Nah, karena jadwal nontonku sepertinya sekarang bakalan lebih rutin, entri tentang review film rasanya akan sering membanjiri blog ini. Untuk kali ini, film yang mau kubahas adalah salah satu film bergenre horor, misteri, dan thriller yang rilis pada tanggal 30 November 2018 (USA), yaitu The Possession of Hannah Grace. Film yang disutradarai oleh Diederik Van Rooijen ini lumayan banyak mendapatkan review dan penilaian yang negatif. Sebagai referensi, film yang berdurasi sekitar 86 menit ini hanya mendapatkan skor 5,2/10 di IMDb dan 3,9/10 di Tomatometer-nya Rotten Tomatoes.

Poster film The Possession of Hannah Grace || Sumber: imdb.com

So... IS/ARE THERE ANYTHING WRONG WITH THIS MOVIE? Well, let’s get start it!

Film The Possession of Hannah Grace menceritakan tentang seorang mantan polisi wanita yang mengalami kecanduan alkohol, depresi, dan gangguan kecemasan setelah terjadi insiden yang menewaskan rekan kerjanya. Nah, meski sempat terpuruk, Megan Reed (Shay Mitchell) akhirnya berusaha untuk membenahi hidupnya dengan mulai bekerja sebagai penjaga kamar mayat di Boston Metro Hospital. Awalnya, pekerjaan malam Megan ini berjalan baik-baik saja. Tetapi, keanehan dan teror mulai muncul saat di suatu malam, rumah sakit tersebut menerima mayat seorang perempuan. And guess what??? It was the corpse of Hannah Grace.

Mayat Hannah Grace || Sumber: dreadcentral.com

Pada awal film, kalian akan disajikan dengan adegan eksorsis yang melibatkan Hannah Grace (Kirby Johnson) saat dia masih hidup. Di adegan awal ini, kalian sudah harus melihat adegan tewasnya sang pastor karena begitu kuatnya iblis yang menghuni tubuh Hannah (dan di adegan ini kalian juga harus bersiap ngelihat darah dan kematian yang tragis). Ketika kondisinya sudah semakin genting, akhirnya ayah dari Hannah memutuskan untuk mengakhiri hidup putrinya dengan cara membekapnya menggunakan bantal. Tewasnya Hannah ini ternyata bukanlah akhir melainkan awal dari sebuah teror satanik.
Menurutku, film The Possession of Hannah Grace ini sebenarnya sudah menarik perhatian pecinta film dari trailer-nya. Lumayan menyeramkan dan ikonik. Akan tetapi, kenyataannya, film ini bisa dibilang kurang memuaskan. Penyebabnya bukanlah di durasinya yang relatif pendek (sekitar 86 menit), tetapi pada cara pengembangan alurnya. Pengembangan alur pada film ini terkesan terburu-buru seakan-akan ingin ceritanya cepat selesai. Salah satu contohnya adalah saat ayah si Hannah memaparkan detail kejadian yang menimpa anaknya. Well, penjelasan sepenting itu tidak seharusnya didapat dari dialog antar tokoh. Kesan film seharusnya bisa menjadi lebih kuat kalau saja fakta itu bisa kita dapatkan dari eksplorasi adegan dan jalan ceritanya. Menurutku, ini benar-benar sayang banget mah, padahal film ini sudah dibuka dengan cukup kelam dan setting tempat yang digunakan pun juga sudah terbilang sangat mendukung suasana seram dan teror yang terjadi. Tambahan pula, film ini juga sedikit membingungkan terkait alasan mengapa si iblis masih bisa bertahan dalam tubuh Hannah yang sudah tak bernyawa dan kenapa ayah Hannah tidak segera tewas akibat teror yang disebabkan oleh jasad Hannah?????
Ummm... tapi film ini juga masih memiliki “sisi bagus” yang mungkin bisa membuat kalian tertarik untuk menonton filmnya. Untuk film yang bergenre horor, misteri, dan thriller, The Possession of Hannah Grace punya banyak potensi. Mulai dari adegan penuh darah dan tragis, kenampakan mayat dengan kondisi yang cukup membuat perut mual dan terasa menggangu, serta beberapa kode-kode yang apabila disadari, akan sangat membantu penonton dalam memahami bagaimana sebenarnya situasi di akhir cerita. Kukasih sedikit bocoran deh. Di akhir film, iblis yang merasuki jasad Hannah Grace sangat besar kemungkinannya berpindah ke tubuh Megan. Petunjuknya adalah dari latar belakang depresi dan anxiety disorder yang sama-sama dialami oleh Hannah dan Megan (di film dijelaskan bahwa emosi-emosi negatif seperti itulah yang memicu masuknya iblis ke tubuh manusia), kata-kata Megan di akhir film yang ambigu (Is it Megan or the demon?), warna iris mata Megan di akhir film, dan lalat tentunya. Well, ini teoriku sih dan aku punya beberapa argumennya. Just send me messages if you want to discuss it more๐Ÿ˜‰.
*by the way, gara-gara film ini, aku ngerasa agak waswas kalau ada lalat yang muncul di waktu dan tempat yang tidak lumrah.
Oh iya, tambahan lagi, salah satu hal yang menurutku perlu diapresiasi dari film ini adalah setting tempatnya yang benar-benar pas banget untuk film horor. Terkesan begitu kelam dan seram, tapi terlihat berkelas. Ya, film-film yang didistribusikan Sony itu memang selalu punya keunggulan di setting tempatnya. Kalian pernah nonton film Flatliners gak? Setting tempat di The Possession of Hannah Grace itu sama ciamiknya dengan yang ada di film Flatliners.

Berdasarkan apa yang telah kuulas, nilai yang kuberikan untuk film ini adalah 5,8/10 (sorry ya kalau lebih rendah dari nilai yang pernah ku-post di story). Aku ngasih nilai segitu karena film ini sebenarnya punya banyak potensi untuk jadi film yang bagus, mulai dari segi tempat, tema cerita, pemilihan para cast, dan tampilan visual yang mengerikan. Akan tetapi, eksekusi di pengembangan alurnya masih kurang bagus. Menurutku, salah satu alasan mengapa film ini dapat banyak review negatif karena para penikmat film  berekspektasi kalau film ini bisa seseram atau bahkan lebih seram dari film dengan tema serupa, yaitu The Autopsy of Jane Doe (2016).
*ya, ekspektasi terkadang hanya jadi harapan semu. Begitu menyakitan. *eh curhat

Yups. Begitulah review film kali ini. Sebenarnya, aku tuh udah mulai ngerjain draf entri ini dan mau langsung ku-upload di hari Kamis malam, tanggal 6 Desember 2018. Tapi, karena lagi ada deadline ketat, jadi baru selesai deh entrinya. Hehe mohon dimaklumi. I hope you do enjoy this entry๐Ÿ‘ป๐Ÿ‘ป๐Ÿ‘ป.




Your possessive writer,



Dedy Setyawan




***Einaym Petuhoth***


Comments

  1. thank you udah mereview film ini.. diakhir film ada sedikit kebingungan antara adanya kemungkinan si iblis pindah ke megan atau tidak.. pemikiran kita sama. namun, diakhir scene ada omongan nothing can stop me now.. ini yang buat aku masih tanya2.. dia bisa dirasukin iblisnya atau tidak.. lalat pertanda iblis mau masuk pun dapat dibunuh sama megan..but thank you somuch buat review nya.. semoga bisa berdiskusi lebih tentang ini..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halooo. Sorry nih baru sempat baca komentarnya. Yep, sebenarnya agak membingungkan sih mau ngambil kesimpulan tentang ending film. Karena seperti yang udah kupaparin, ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa mungkin saja iblisnya berpindah. Tapi gak tahu sih, kayaknya pembuat film emang pengen bikin penontonnya yg jeli untuk bertanya-tanya, "Eh? Gini doang? What's more?". Btw, thanks for visiting my blog :)

      Delete
  2. Halo. Saya baru menonton di tahun 2020. Ada 2 hal yang saya bingungkan di film ini. Pertama, di saat megan mau memasukkan mayat hannah ke lemari besi, mayatnya terkena tetesan darahnya megan. Saya terus menantikan apakah ada dampak dan relasi yg akan dijelaskan nantinya di film ini, ternyata tidak. Kedua, saat dialog antara ayah hannah dan megan, si ayah bertanya pada megan, "Mengapa dia tak membunuhmu?". Saya pikir pertanyaan itu ada hubungannya dengan darah megan yg menetes ke jasadnya hannah. Tapi ternyata tidak juga dipaparkan dalam filmnya. Apalagi saat adegan hannah mau membunuh andrew, megan dengan keberaniannya seolah bisa mengatur kemarahan hannah melawan dan memberondonginya dengan tembakan, tapi anehnya lagi hannah seperti tidak berani terhadap megan dan tidak melawan balik. Dan pikiran saya pun bertravelling memikirkan ini dan itu. Film horror berasa film detektif. Thank you.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai sorry baru ngerespon. Tbh, udah agak lupa sama detail ceritanya. Kayaknya butuj rewatch lagi nih. Hehehe. Atau bisa aja tuh karena Hannah menganggap Megan adalah sosok ideal untuk inang berikutnya. Tapi, ini hanya asumsi sih. Beneran butuh rewatch lagi

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Film Bertema Okultisme Bagian Kedua